Pembibitan
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu
proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil
produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awaldari seluruh
rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melaluitahap pembibitan
sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan
berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan
dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi
cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).
Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di
atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol
selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan
pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
Persiapan Pembibitan
1). Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan
beberapa persyaratan sebagai berikut:
• Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada dekat
dengan are penanaman serta bebas banjir.
• Khusus lahan gambut, areal bibitan diusahakan dekat tanah mineral.
• Dekat dengan sumber air yang mengalir sepanjang tahun
• Memiliki akses jalan yang baik, sehingga memudahkan dalam
pengawasan
• Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia
2). Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas
areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan
bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan
luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap
hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.
3). Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan
menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang
dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang
menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit
langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery).
Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan
pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu selama + 3 bulan pada polybag
berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (main
nursery) dengan polybag berukuran lebih besar.
Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
• Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya
waktu dalam persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
• Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapang karena telah
melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan
utama.
• Seleksi yang ketat (5-10%) di pembibitan awal dapat mengurangi
keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
4). Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah
yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan
10-20 cm.
Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta
bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia).
Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir
dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%).
Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan
ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan
media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.
5). Kantong Plastik (Polybag)
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di
pembibitan. Pada tahap pembibitan awal, polybag yang digunakan berwarna putih
atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Di
setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah.
Pada tahap pembibitan utama digunakan polybag berwarna hitam dengan
ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag
dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah
polybag.
Pembibitan Awal
1). Bedengan
Bedengan dibuat pada areal yang telah diratakan dengan
ukuran lebar + 1,2 m dan panjang + 8 m untuk setiap bedengan. Tepi bedengan
dilengkapi dengan papan atau kayu setinggi + 20 cm agar polybag dapat disusun
tegak. Jarak antar bedengan 80 cm, berfungsi sebagai jalan pemeliharaan,
pengawasan dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman atau waktu hujan.
Bedengan ukuran 1,2 x 8 m dapat memuat 1.000 bibit. Untuk 15.000 kecambah atau
75 ha tanaman di lapangan diperlukan areal pembibitan awal seluas + 250 m2 atau
+ 15 bedengan.
Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah untuk
memperlancar drainase.
2). Naungan
Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah
bibit kelapa sawit terkena sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan
juga berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan
air hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya
matahari yang masuk, dengan pengaturan sebagai berikut:
Tabel Pengaturan Naungan
No
|
Umur (bulan)
|
Naungan (%)
|
1
|
0 – 1,5
|
100
|
2
|
1,5 – 2,5
|
50
|
3
|
>2,5
|
Naungan dihilangkan secara bertahap
|
Naungan dibuat dengan ukuran lebar 3 m, panjang 50 m (sesuai kebutuhan)
dan tinggi 2,5 m. Konstruksi naungan dapat dibuat dari bambu maupun kayu bulat
dengan atap dari daun kelapa atau daun kelapa sawit.
3). Penanaman Kecambah
Kecambah kelapa sawit yang telah diterima diusahakan
segera ditanam pada polybag yang telah disediakan. Keterlambatan penanaman akan
mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah tersebut, antara lain:
• Bakal akar dan daun akan menjadi panjang, sehingga mempersulit
penanaman
• Bakal akar dan daun akan mudah patah
• Kecambah akan mengalami kerusakan, karena terserang jamur
• Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekurangan air.
Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat dibedakan antara
bakal daun (plumula) dan bakal akar (radicula). Bakal daun ditandai dengan
bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan bakal akar
berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih
kuning dari bakal daun.
Pada waktu penanaman harus diperhatikan posisi dan arah kecambah,
plumula menghadap ke atas dan radicula menghadap ke bawah.
Kecambah yang belum jelas bakal akar dan daunnya dikembalikan kedalam
kantong plastik dan disimpan dalam kondisi lembab, selama beberapa hari bisa
ditanam kembali.
Pelaksanaan penanaman biasanya dilakukan oleh satu regu yang terdiri
dari 3 orang pekerja. Dalam pelaksanaannya, setiap pekerja dalam satu regu
memiliki tugas tersendiri, yaitu:
• Pekerja pertama bertugas membuat lubang sedalam + 3 cm dengan
jari tangan atau kayu pada bagian tengah media tanam.
• Pekerja kedua bertugas membawa kecambah dan memasukkan ke dalam
lubang yang telah dibuat.
• Pekerja ketiga bertugas menutup tanah dan menekan sekeliling
lubang yang telah dibuat dengan jari.
Kecambah ditanam pada kedalaman + 1,5 cm dari permukaan tanah.
Kesalahan-kesalahan dalam penanaman akan dapat menimbulkan kelainan
pada bibit, antara lain:
• Bibit yang terputar karena penanaman radicula menghadap
keatas
• Akar bibit terbongkar karena penanaman yang terlalu dangkal
• Bibit menguning karena media terlalu banyak mengandung pasir
• Bibit mati (busuk) karena tergenang air penyiraman atau air
hujan
Untuk mencegah hal ini, maka konsolidasi pada pembibitan awal perlu
dilakukan setiap hari. Pengaturan tata letak penanaman dilakukan berdasarkan
kode benih, origin atau grup sesuai anjuran. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi percampuran antara kelompok benih dengan pertumbuhan meninggi sangat
cepat dengan kelompok benih yang memiliki pertumbuhan meninggi lambat. Pengelompokkan
benih secara benar akan menghindari terjadinya kesalahan seleksi selama di
pembibitan.
4). Pemeliharaan Pembibitan Awal
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari.
Penyiraman dilakukan secara hati-hati agar kecambah tidak terbongkar
atau akar-akar bibit muda muncul ke permukaan. Setiap bibit memerlukan
0,10-0,25 liter air pada setiap kali penyiraman. Apabila curah hujan > 8 mm
per hari maka tidak perlu dilakukan penyiraman.
b. Pengendalian Gulma
Gulma yang tumbuh di kantong polybag perlu
disiangi secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali. Pelaksanaan
penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada polybag.
Penyiangan juga ditujukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan menggunakan urea atau pupuk
majemuk dengan konsentrasi 0,2% atau 2 gr/l air. Pemupukan dilakukan secara foliar application (melalui
daun). Setiap liter larutan cukup untuk 100 bibit.
Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang umum mengganggu bibit pre nursery adalah
semut, jangkerik, belalang, tikus dan cacing. Sedangkan penyakit yang umum
adalah Helminthosporium, Anthracnosa dan blast.Penggunaan bahan
kimia dalam pengendalian harus dilakukan secara hati-hati karena bibit muda
masih sangat peka.
5). Seleksi Bibit
Seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit
abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh
faktor genetis, kesalahan kultur teknis atau serangan hama dan penyakit.
Seleksi dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 3
bulan, biasanya telah memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya.
Pelaksanaan seleksi dilakukan secara berurutan pada tiap
persilangan/bedengan dengan membuang bibit abnormal. Persentase bibit
yang terseleksi saat transplanting ke pembibitan utama mencapai + 5 – 10%.
6). Pemindahan dan Pengangkutan Bibit
Pemindahan bibit dari pembibitan awal dilakukan pada saat bibit berumur
2,5 – 3 bulan dengan jumlah daun 3 – 4 helai daun. Bila areal pembibitan awal
berdekatan dengan pembibitan utama maka bibit yang akan ditanam dapat diangkut
menggunakan kotak kayu dengan ukuran 70x50x20 cm.
Pembibitan Utama
Pembibitan utama merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua
tahap. Pada tahap ini bibit dipelihara dari umur 3 bulan hingga 12 bulan.
Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan capaian tingkat produksi
pada kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas
bibit yang dihasilkannya.
1). Persiapan
dan Pengolahan Tanah
Persiapan dilakukan dengan meratakan areal menggunakan bulldozer.
Tanah dikikis setebal + 10 cm dikumpulkan ke bagian tepi areal. Tanah
hasil kikisan dapat digunakan sebagai media tanam. Prosedur pembukaan areal
pembibitan sama seperti prosedur pembukaan areal untuk pertanaman kelapa sawit.
2). Kebutuhan
Air dan Instalasi Penyiraman
Faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan pembibitan
adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang cukup dengan
jaringan irigasi yang baik. Kebutuhan air di pembibitan bertambah sejalan
dengan pertambahan umur bibit. Di pembibitan utama, bibit akan tumbuh secara
normal bila kebutuhan airnya terpenuhi, yaitu sebesar 12,5 mm (ekivalen hujan)
setiap 2 hari. Volume air yang diberikan dengan sistem sprinkler di
pembibitan utama harus memenuhi kebutuhan tersebut.
Sistem penyiraman dengan sprinkler dianjurkan pada areal
dengan ketersediaan sumber air yang cukup. Pada sumber air yang terbatas,
penyiraman dianjurkan menggunakan pipa dan selang plastik yang dilengkapi
dengan kepala gembor. Sistem ini dapat menghemat pemakaian air sesuai kebutuhan
bibit di dalam polybag.
3). Pemasangan
Pipa untuk Penyiraman Sistem Gembor
• Pipa primer dipasang di tengah-tengah yaitu di pinggir jalan
utama (Ø 6 inch).
• Dari pipa primer ini dibuat cabang-cabang dengan pipa ukuran Ø
2 inch.
• Dari pipa Ø 2 inch dibuat cabang lagi dengan ukuran Ø 1 inch.
• Dari ujung pipa ini dibuat kran, kemudian disambung slang
plastik yang panjangnya 25 m dan pada ujung selang diberi kepala gembor untuk
penyiraman.
4). Penyiraman
dengan Sprinkler
Penyiraman dengan sistem sprinkler memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem sprinkler adalah
distribusi air yang merata pada setiap bibit dan biaya operasional penyiraman
lebih murah.
Sedangkan kekurangannya dilihat dari mahalnya biaya investasi,
kebutuhan air yang lebih banyak dan memungkinkan terjadinya pengenangan di
areal pembibitan bila sistem drainasenya kurang berfungsi.
Sistem penyiraman sprinkler terdiri dari beberapa komponen
utama, meliputi jaringan pipa (pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi), nozzle
sprinkler dan pompa air.
a. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan rumah pompa dengan pompa
lainnya. Besar kecilnya pipa induk bergantung pada debit air maksimum yang
diinginkan. Diameter pipa yang umum digunakan adalah 6 inch (15 cm)
b. Pipa Utama
Pipa utama adalah pipa yang berfungsi sebagai pipa penyalur dan
menghubungkannya dengan pipa distribusi. Diameter pipa utama 4 inch dan
dilengkapi dengan kran pengatur.
c. Pipa Distribusi
Pipa distribusi umumnya memiliki diameter 2 inch. Di setiap sambungan
pipa distribusi dilengkapi dengan sambungan pipa 0,75 inch yang dapat dibongkar
pasang dengan cepat. Pada ujung bagian atas pipa 0,75 inch (stand pipes)
dilengkapi dengan nozzle sprinkler yang dapat memancarkan air secara
berputar.
d. Pompa Air
Untuk menjamin distribusi air yang merata, terutama daya pancar air
pada sprinkler, diusahakan sprinkler memiliki tekanan air pada out let 45 psi
(3,6 kg/cm2). Kekuatan tekanan air dapat diatur sesuai dengan jarak dan
ketinggian bibit. Pompa air yang dibutuhkan memiliki kekuatan 18- 20 HP untuk
setiap 5 ha pembibitan.
e. Kebutuhan sprinkler (nozzle)
Untuk setiap 5 ha pembibitan dibutuhkan 30 sprinkler. Sebanyak 20 sprinkler ditujukan
untuk kepentingan operasional (2 line pipa distribusi = 20 sprinkler)
dan 10 sprinkler untuk dipersiapkan di areal berikutnya.
f. Tata Letak Sprinkler (Lay Out)
Pada setiap pipa distribusi biasanya berisi 8-10 sprinkler. Jarak
antara sprinkler satu dengan yang umumnya 9 m. Areal pembibitan dibagi menurut
pipa utama. Setiap pipa utama mencakup luasan 5 ha pembibitan. Setiap areal
pipa utama dibagi dua, kiri dan kanan (A dan B).
Pembagian areal ditujukan untuk mengatur jadwal penyiraman.
5). Pemancangan
Pemancangan dilaksanakan bila pembuatan jaringan pipa penyiraman telah
selesai. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segi tiga sama sisi dengan
jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Jarak antar barisan di pembibitan adalah
0,867 x 90 cm = 77,9 cm ~ 78 cm. pemancangan dapat menggunakan metode empat
persegi panjang dengan sisi 90 cm x 156 cm. Empat titik sudut empat persegi
panjang dan titik temu diagonalnya adalah titik tanam.
6). Pengisian
Tanah ke Polybag
Tanah yang digunakan untuk pengisian polybag diusahakan tanah
yang kering. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pengayakan. Pengisian
tanah dilakukan sampai 3 cm dari permukaanpolybag. Rata-rata bobot tanah untuk
setiap polybag + 20 kg. setelah pengisian, media perlu disiram setiap
hari, selama 7-10 hari sebelum penanaman.
Pemilihan jenis tanah sebagai media tanam merupakan faktor penentu
untuk keberhasilan pembibitan. Tanah yang berasal dari lokasi dengan tingkat
kesuburan yang baik akan sangat membantu pertumbuhan vegetatif bibit.
7). Pembuatan
Lubang pada Polybag
Untuk mempercepat dan mempermudah pembuatan lubang pada media tanam di
polybag perlu dibantu dengan alat khusus seperti sekop kecil, tugal, dan bor
tanah. Kedalaman lubang disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada saat persiapan transplanting:
• Media tanam pada polybag perlu disiram air sampai jenuh sehari
sebelumnya untuk mempermudah pembuatan lubang.
• Pembuatan lubang dengan alat tanam diusahakan pada bagian
tengah permukaan tanah polybag agar pertumbuhan akar tanaman merata.
• Pada setiap lubang diberi pupuk NPKMg (15-15-6-4) sebanyak 5
gram.
8). Penanaman
Bibit
Pengaturan tata letak bibit di pembibitan utama disesuaikan dengan tata
letak di pembibitan awal yaitu dengan memperhatikan kode benih, origin dan
group pertumbuhan. Hal ini bertujuan untuk menghindari bercampurnya bibit
dengan sifat pertumbuhan yang berbeda.
Pengelompokan bibit ini juga memudahkan pengaturan pada waktu penanaman
di lapangan.
Kelancaran penanaman bibit ke main nursery bergantung pada kecepatan
membuat lubang tanaman di pembibitan utama, kecepatan mengangkut bibit dari
pembibitan awal ke pembibitan utama dan kecepatan serta ketrampilan menanam
bibit tersebut.
Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah kantong polybag kecil
dibuang. Tanah di sekeliling lubang ditekan padat merata, selanjutnya dilakukan
penambahan tanah hingga sebatas leher akar. Bagian atas kantong plastik
setinggi 2 –3 cm dibiarkan kosong sebagai tempat
meletakkan pupuk, air ataupun mulsa pada saat diperlukan.
Penanaman bibit harus terorganisir dengan baik, setiap jenis
persilangan ditanam mengelompok. Jenis persilangan satu sama lain harus diberi
tanda yang jelas dan diberi papan nama di lapangan. Sebaiknya satu hari
penanaman difokuskan untuk satu jenis persilangan saja. Jenis persilangan,
nomor petak, jumlah bibit per petak harus dicatat dan dipetakan langsung
setelah tanam agar tidak terjadi kekeliruan.
9).
Pemeliharaan Pembibitan Utama
a. Penyiraman
Kebutuhan air di pembibitan utama adalah 2 ltr/hari/polybag. Volume air
tersebut dihitung dengan dasar curah hujan 12,5 mm/hari equivalent 123 m3
air/ha areal. Bibit disiram dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
Penyiraman tidak dilakukan bila curah hujan > 8 mm. Penyiraman
dapatdilakukan dengan selang berkepala gembor atau sprinkler.
b. Penyiangan
Kegiatan penyiangan di pembibitan utama terdiri dari dua macam yaitu
penyiangan tanah di sekitar polybag dan di dalam polybag. Tujuan penyiangan di
sekitar polybag adalah membersihkan pembibitan dari vegetasi selain bibit
kelapa sawit. Penyiangan di dalam polybag selain berfungsi membersihkan gulma,
juga mencegah terbentuknya suatu lapisan kedap air di permukaan tanah.
Terbentuknya lapisan kedap air akan menyebabkan turunnya kemampuan untuk
menerima air siraman.
c. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi penguapan air maupun pupuk.
Mulsa diberikan dalam bentuk sisa tanaman atau cangkang sawit. Mulsa diletakkan
disekeliling bibit dalam kantong setelah bibit berumur 2 bulan dengan ketebalan
1-2 cm.
d. Pemupukan
Pada umumnya pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk
majemuk NPKMg. Penambahan unsur lain dilakukan jika terdapat gejala difisiensi.
Jenis pupuk yang dipakai ialah jenis pupuk majemuk NPKMg (15-15-6-4) sampai
umur + 5 bulan dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk NPKMg (12-12-17-2).
e. Pengendalian Hama dan
Penyakit.
Beberapa hama yang umum dijumpai di pembibitan utama adalah kumbang
Apogonia, belalang, kumbang Apogonia, belalang dan ulat api dilakukan
dengan menyemprotkan Sevin 0,15% (1,5 g bahan aktif/ l air) ke tanaman dengan
interval 10 hari sekali hingga hamanya menghilang. Pengendalian tikus dapat
dilakukan dengan memakai racun tikus. Pengendalian keong dapat dilakukan secara
manual dengan tangan atau secara kimia menggunakan racun.
Penyakit yang dijumpai di pembibitan utama adalah penyakit daun
Anthracnosa dan Curvularia. Bibit yang terserang Anthracnosa memiliki gejala
daun yang mengering mulai dari ujung dan tepi-tepinya. Pengendalian Anthracnosa
dilakukan dengan fungisida Mannozeb 0,1% dengan rotasi penyemprotan 2 minggu
sekali. Gejala penyakit Curvularia ialah bintik-bintik kuning di tengah daun.
Bintik-bintik ini kemudian meluas dan warnanya berubah menjadi coklat. Bila
dijumpai bibit dengan gejala tersebut, maka tindakan yang harus dilakukan
adalah dengan memotong daun yang sakit dan membakarnya.
Bila ditemukan gejala serangan yang lebih parah maka bibit tersebut
harus disingkirkan dari pembibitan utama secepatnya dan kemudian dibakar.
Pengendalian Curvularia dilakukan melalui penyemprotan fungisida Kaptafol 0,2%
dengan rotasi 2 minggu. Dalam kegiatan pengendalian diupayakan untuk tidak
menggunakan fungisida yang mengandung tembaga (copper), air raksa (mercury) dan
timah.
10). Seleksi
Bibit
Perbedaan pertumbuhan bibit dipembibitan utama dapat disebabkan oleh
faktor genetis dan perbedaan kultur teknis yang diterima masing-masing bibit.
Kegiatan seleksi diharapkan hanya pada tanaman abnormal yang disebabkan oleh
pengaruh faktor genetis, sehingga diusahakan tidak terdapat kesalahan kultur
teknis yang dapat menyebabkan timbulnya tanaman abnormal.
11). Persiapan
Bibit untuk Penanaman
Bibit yang berumur 10-12 bulan telah siap untuk dipindahkan ke
lapangan. Lebih kurang 15-20 hari sebelum diangkut dilakukan pemutusan
akar-akar bibit yang telah menembus polybag. Untuk menjaga kondisi bibit
agar tetap baik perlu dilakukan penyiraman yang intensif setelah proses
pemutusan akar.
Bibit-bibit yang telah siap dikumpulkan/dikelompokkan berdasarkan
persilangan. Pengelompokan diatur setiap 100-200 bibit dan disesuaikan dengan
kapasitas angkut mobil. Dengan sistem pengelompokkan ini akan memudahkan
perhitungan bibit yang telah dan akan diangkut. Seleksi bibit terakhir
dilaksanakan bersamaan dengan pengelompokan bibit.
Sebelum bibit diangkut ke truk sebaiknya disiram dengan air
sebanyakbanyaknya untuk menghindari kekeringanan jika beberapa hari setelah
ditanam tidak turun hujan. Dalam persiapan ini harus diperhatikan teknik
pengangkutan bibit. Bibit diangkut tegak lurus dengan dipegang bagianpolybag, bukan
bagian daun atau batang. Teknik pengangkutan ini akan
menghindari pecahnya tanah dalam polybag dan rusaknya polybag sebelum
ditanam.
CPO, adalah Crude Palm Oil/Minyak Kelapa Sawit Mentah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar